Minggu, 27 Januari 2013

Berdamailah denganku, Januari


Dear Januari,
Telah kususun kata sederhana dari hatiku yang sesederhana rasa. Aku hanya ingin jujur kepadamu tentang apa yang kurasa dipertemuan kita kali ini. Kedatanganmu sebagai awal yang dikirim Allah adalah sesuatu yang dinantikan banyak orang. Kau adalah gerbang menuju banyak harap yang dititipkan untuk Allah dari kami semua. Yang mendampingi setiap insan menatap jauh dengan semangat baru dan harapan yang tulus untuk melangkah maju kedepan.
Hey, Januari,
Tahukah kau bahwa ini kali pertama kau membuatku rapuh?! Dari sekian banyak akumulasi waktu, kali ini, di2013, kau Januari pertama yang membuatku patah. Kau, Januari terberat yang pernah kujalani disepanjang hidupku.
Dari sekian banyak yang kau miliki, kenapa hanya lara dan pilu yang kau bagi denganku?! Setiap hariku berisi jeritan yang tak bisa terukur bahkan dengan teriakan sekalipun. Aku begitu patah hingga tak mampu melawan setiap pilu. Terlalu banyak, sangaaaaat banyak hal yang membuatku lemah dan kehilangan arah.
Aku galau, aku tertindas beban, aku melirih pilu. Hatiku sakit, sangaaaat sakit! Aku terpuruk disini…..
Januari,
Bukankah ini terlalu awal untuk membagi luka?! Aku menangisi setiap hari yang kujalani bersamamu. Aku bahkan tak mampu lagi menjadi penikmat rasa. Aku tak sanggup lagi, aku tak mampu lagi menerima pilu yang kau beri.
Januari, tolong bebaskan aku.
Jika kau berlalu, tolong, lepaskan aku dari jerat beban ini. Biarkan aku kembali menjadi diriku yang mampu menikmati segala rasa dan proses. Sebab aku rindu setiap ketentraman yang ada dihatiku. Aku ingin bebas lagi. Aku bosan terkungkung tak berdaya dari ketenangan palsu yang datang dari arah yang salah.
Dan kelak, jika kita bertemu lagi, sapalah aku dengan kehangatan dan kerinduan. Berdamailah denganku, Januari. Sebab oleh rasaku yang terikat pilu, aku tetap bersyukur mencintai tanpa pamrih.
Dariku yang merindukan aroma tenang

Tidak ada komentar:

Posting Komentar