Dear Januari,
Telah kususun kata
sederhana dari hatiku yang sesederhana rasa. Aku hanya ingin jujur kepadamu
tentang apa yang kurasa dipertemuan kita kali ini. Kedatanganmu sebagai awal
yang dikirim Allah adalah sesuatu yang dinantikan banyak orang. Kau adalah
gerbang menuju banyak harap yang dititipkan untuk Allah dari kami semua. Yang mendampingi
setiap insan menatap jauh dengan semangat baru dan harapan yang tulus untuk
melangkah maju kedepan.
Hey, Januari,
Tahukah kau bahwa ini
kali pertama kau membuatku rapuh?! Dari sekian banyak akumulasi waktu, kali
ini, di2013, kau Januari pertama yang membuatku patah. Kau, Januari terberat
yang pernah kujalani disepanjang hidupku.
Dari sekian banyak yang
kau miliki, kenapa hanya lara dan pilu yang kau bagi denganku?! Setiap hariku
berisi jeritan yang tak bisa terukur bahkan dengan teriakan sekalipun. Aku begitu
patah hingga tak mampu melawan setiap pilu. Terlalu banyak, sangaaaaat banyak
hal yang membuatku lemah dan kehilangan arah.
Aku galau, aku
tertindas beban, aku melirih pilu. Hatiku sakit, sangaaaat sakit! Aku terpuruk
disini…..
Januari,
Bukankah ini terlalu
awal untuk membagi luka?! Aku menangisi setiap hari yang kujalani bersamamu. Aku
bahkan tak mampu lagi menjadi penikmat rasa. Aku tak sanggup lagi, aku tak
mampu lagi menerima pilu yang kau beri.
Januari, tolong
bebaskan aku.
Jika kau berlalu,
tolong, lepaskan aku dari jerat beban ini. Biarkan aku kembali menjadi diriku
yang mampu menikmati segala rasa dan proses. Sebab aku rindu setiap ketentraman
yang ada dihatiku. Aku ingin bebas lagi. Aku bosan terkungkung tak berdaya dari
ketenangan palsu yang datang dari arah yang salah.
Dan kelak, jika kita
bertemu lagi, sapalah aku dengan kehangatan dan kerinduan. Berdamailah denganku,
Januari. Sebab oleh rasaku yang terikat pilu, aku tetap bersyukur mencintai
tanpa pamrih.
Dariku
yang merindukan aroma tenang
Tidak ada komentar:
Posting Komentar