Senin, 24 Juni 2013
Menurutku, Hujan itu ya seperti ini.
Bagaimana mungkin Hujan mampu menciptakan decak kagum yang sedalam ini
hujan dipersimpangan
hujan dipersimpangan
pada siapa aku bertanya arah
sebab kau terlalu bising dan membuat ricuh
oh hujan.
Hujan dipersimpangan
Kemana aku harus mengadu
Jika kau saja terlalu sibuk bercengkrama dengan
angin
Oh hujan
Hujan dipersimpangan
Menyingkirlah sejenak
Pandanganku kabur karenamu
Oh hujan.
#Random
Hidup itu pilihan
Bagaimana, mengapa, kapan,
dimana, apa dan berapa adalah pertanyaan yang harus kau pilih sendiri…
Tak seperti soal ujian, pilihan
hidup harusnya tak hanya menyoal “diantara”.
Pilihan hidup lebih dari satu…
harusnya seperti itu.
cinta membawa hidup manusia penuh dengan berjuta jawaban dan pilihan...
kepahitan lain lagi, apapun pilihannya, seberapa banyakpun pilihannya. Akan tetap menjadi pesakitan, entah yang tertahan atau terlewatkan.
namun, pilihan tetap banyak, tak hanya satu atau dua.
namun, pilihan tetap banyak, tak hanya satu atau dua.
kuberi tahu satu hal...
bahwa hidup adalah tentang bagaimana kita menikmati setiap yang datang, dari situ Tuhan memberi kita ruang. Ruang yang tanpa kita sadar kadang memiliki banyak sekali jawaban yang tak terkira...
dari jawaban-jawaban itu,,, pilihan pun tercipta..
menurutku jawaban itulah pilihan yang sebenarnya...
Maka dari itu, biarkan hatimu yang menyentuh ruang itu...
dan menemukan Pilihan untuk hidupmu
dan menemukan Pilihan untuk hidupmu
tulisan Random yang tak kutahu makna dan artinya...
Selasa, 18 Juni 2013
Pintu kenangan…
Gemeretak pintu kayu itu terdengar
Hanya lirih yang dikecapnya
Siapakah gerangan yang membuka pintu itu?
Sungguh lancang dia!!
Kususuri tatap mataku kearah pintu itu
Ternyata cuma ada ruang kecil didalamnya
Terhias bingkai foto yang berbaur abu
Astaga! Aku kenal ruangan ini.
Siapa gerangan yang membuka pintu itu?
Ia tak tahu betapa nelangsa aku melihat isi
ruangannya
Lancang sekali dia!
Membuka ruang yang oleh waktu pernah terkubur
Kuikuti jejak kaki sipembuka pintu
Yang kutemui hanya sebuah cermin retak
Rupanya, sipembuka pintu itu tinggal dicermin
Cermin retak tempat berkaca diri
Kini siapa yang sanggup menutup pintu itu dan
menguburnya
Kembali..
Entahlah!
Aku tak mau ambil pusing
#Kode
Kapan pikirku bisa hening dari gerak gerikmu
Menyuarakan yang hanya krik krik krik saja?
Sudah tak ada celah bagi yang lain untuk menyisip
Kadang aku berpura-pura tak punya pikiran
Kadang? Well kata kadang punya banyak konotasi aneh.
Tapi sudah lah. Biar saja otakku bermain-main dengan
kata itu…
It’s not a good feeling, but hey.
You should be me, and let me slept in your arms…
We can make love until we die or you die. Just you!
Haha.
Sel otakku mungkin memang bermasalah karena
menginginkanmu utuh berada disetiap lekuk tubuhku…
Aku ingin menikmati aroma dan apa saja yang tersaji
ditubuh tegapmu itu
Dan membiarkan jari-jarimu menyusuri lekukku dan
mulai menggemakan desah suaramu…
Mumpung ini hanya khayalan, sekalian saja bubuhi aku
dengan gairah yang tersisa darimu.
Jadikan saja aku satu-satunya yang bisa membangunkan
hasratmu..
Ayolah, miliki aku walau hanya sebentar.
Setelahnya kembalikan wibawa mu untuknya.
Karena saat ketika aku selesai menikmatimu, mungkin
akupun harus kembali pada kenyataan bahwa aku memiliki gairah ke orang yang
salah.
Bukan kau yang salah, mungkin keadaan saja. Kau
terlalu jauh dari tempatku berdiri sekarang, my Mr. Mature ;)
Bercengkrama dengan rasa sakit
Bercengkrama dengan rasa
sakit…
Tak kusangka kini kami
bersahabat
Mengalahkan intensitasku
berbicara pada Hujan yang kini entah milik siapa.
Pada detik yang telah
berlalu, kutanya pada rasa sakit itu:
“Kenapa dari sekian
banyak orang, kau memilih untuk datang padaku?”
Namun saat dia menjawab
aku terlalu sibuk menikmati Kopi, hingga aku tak
menangkap jawaban
darinya.
Dia pun pergi. Sejenak
saja sebelum kembali lagi.
Saat kembali, aku masih
bertanya hal yang sama padanya.
Saat dia menjawab lagi,
Hujan menenggelamkan suaranya dan kembali aku tak
dapat mendengar
jawabannya.
Pada malam yang sendu dan
tak berbintang, kali ini aku yang sudah kelewat
penasaran memanggil rasa
sakit itu.
Aku duduk diteras rumah,
tak ada kopi ataupun hujan.
Hanya kami berdua sebagai
kesatuan.
Maka kuhirup oksigen
dalam dalam, dan kutanya lagi
“Kenapa aku?”
Satu detik. Dua detik.
Tiga detik
“Karena kau mampu
menikmati apa yang kuberi tanpa bertanya kapan ini akan
berakhir”
lalu kututup mataku, dan
kurasakan.
Ternyata rasa sakit itu hidup
dihatiku, dan menetap.
Hanya, kini ia lebih baik
dan tak memaksaku berteriak lirih.
Jembatan
Jembatan itu terbuat dari kayu
Papan-papan yang telah goyah
dan tua
Seutas tali tebal yang satu per
satu mulai lepas
Berdecit ketika dilalui langkah
kaki….
Jembatan itu tempat lalu lalang
banyak orang
Meskipun rentah, namun tetap
dilalui
Entah karena nyaman
Atau memang itu pilihan yang
tersedia
Jembatan itu alur rasa
Kuat dan tak mudah menyerah
Tak menyesal akan pertahanan
dirinya
Tak marah walau terinjak
kegamangan
Jembatan itu panjang,
melengkung dan membentuk simpul senyuman
Walau renta, ia tetap merendah
Walau terinjak, ia tetap
bertahan
Jembatan itu sederhana
Sesederhana kesetiaan…
Namun tak pernah mudah menjadi
dirinya…
Begini Saja, Sahabat..
Kata
orang #Sahabat itu adalah keluarga yang bisa kita pilih
Hanya
saja, aku tak sependapat dengan itu..
Banyak
hal yang tak bisa kita pilih didunia ini, seperti orang-orang yang
datang
dan pergi dalam hidup.
Sahabat
adalah orang yang terpilih untuk kita
Mereka
orang yang dipilihkan untuk beribu alasan agar mewarnai hidup kita
Sahabat,,,
Apa
mereka kekal?
Atau
hanya bagian dari persinggahan untuk melanjutkan perjalanan?
Yang
pasti sahabat juga bagian dari sebuah ketetapan.
Ketetapan
bahwa selalu ada pertemuan dan perpisahan.
Kelekatan
dan kerenggangan
Karena
yang tetap justru terikat dengan kenyataan bahwa “tak ada yang abadi didunia”
Benarkah
sahabat hanya bagian dari perjalanan??
Hanya
singgah untuk bertukar kisah dan pembelajaran?
Benarkah
suatu saat nanti semuanya akan terseleksi?
Melepaskan
itu bukan pekara gampang…
Jika
memang semua Tanya berujung kata IYA.
Melepaskan
itu tetap hal tersulit.
Selalu
kubilang Sahabat itu bukan tentang kuantitas, melainkan kualitas.
Karena
jika benar aku harus melepas, yang kulepas adalah orang yang tetap
kuikat
dalam rasaku. Yang walaupun tak kulihat, tetap kurasa. Yang biarpun
tak
menetap tetapi tetap tak terlupakan.
Sahabat,
itu bagian dari hidup…
Yang
harus selalu kita syukuri, kita jaga, kita sayangi, kita hargai.
Namun
tetap, seperti hidup, tak ada yang abadi…
(NB: Hiduplah dibagian yang akan tetap
merekam jejak kalian, yang walaupun
dijauhkan waktu akan tetap terasa dekat.
Hidup dan hunilah ruang yang
bernama Hati. Karena jika kalian disana,
kalian kekal. Percaya atau tidak. Kalian kekal.)
Minggu, 16 Juni 2013
Secangkir Kopi Untukmu
Kuharap angin akan
membawa aroma kopi yang kutujukan untukmu….
Secangkir Kopi yang
kutujukan untukmu dengan sepenuh hati
Berharap ada belas
kasih darimu untuk membalas rasa yang terselip
pada aroma itu…
Tak ada campuran
coklat ataupun vanilla
Hanya kopi dengan
sedikit gula…
Sebagai perumpamaan
atas cinta murni yang kububuhi harapan manis.
Ya, Kopi itu ibarat
cinta…
Hitam pekatnya bagian
rasa sakitku akan penantian atas hadirmu
disisiku... Aromanya
sebagai
kekuatan untuk berani
mencintaimu. Dan rasanya, senyata rasa yang
kumiliki untukmu.
Nikmatilah Kopi itu….
Aku tak keberatan
jika hanya ampas yang kau sisakan untukku
Sebab sebagai
penikmat kopi, aku selalu bisa menemukan kenikmatan
disetiap sisa rasa…
sekalipun rasa pahit.
Selamat menikmati J
Hitam. Pahit. Beraroma
Hitam.
Terpekat gelap
Namun berwujud filosofi
abstrak yang menentramkan
Pahit.
Mematikan energi rasa
lain
Namun berwujud nyata
akan kejujuran
Beraroma.
Menggoda,, menggiurkan
Menjadikannya candu
yang tak terbilang.
Berwujud Kopi, seperti
itulah hidup.
Minggu, 09 Juni 2013
Hujan dan Juni
Hujan dan
Juni..
Dua hal
yang tak pernah bisa melepaskan diri satu sama lain
Tak salah
memang jika kusebut Juni sebagai bulan kenangan..
Musim
penghujan yang melebur dengan Juni selalu memanggil kenangan lewat
melodi-melodi yang dibawa Hujan saat merintik kebumi..
Setetesan Hujan dibulan Juni membuatku kadang bingung menghadapi Rasa yang selalu
sama, apa aku harus terpaku oleh rasa yang oleh Hujan semakin diperjelas??
Barangkali memang harus seperti itu… barangkali memang harus menjadikan Rasa
selayak air hujan yang mengalir tanpa henti.
Hujan
dibulan Juni,, banyak sekali puisi indah yang berkaitan dengan kalimat ini…
Namun
untuk apa aku berpuisi?? Rasaku memang sudah terpatri indah layaknya puisi itu
sendiri.
Hujan dan
Juni…
Dua hal
yang ahli menciptakan dejavu rasa..
Kusebut
seperti itu, karena dua hal ini mampu membawa imajinasiku kealam bawah sadar
yang dalam..
Membuatku
mampu mengecap rasa yang bahkan aku sendiri tak pernah alami..
Rasa yang
senatural hujan dan juni itu sendiri..
Rasa yang
terpanggil karena peleburan emosi yang tercipta lewat Hujan di Juni…
Barangkali
Hujan dan Juni adalah wujud dari harapan yang mencipta dejavu rasa itu.
Hujan dan
Juni….
Tulisan
ini adalah wujud lain dari penggambaran dua hal itu…
Tak ada
yang mampu melukis rasa sebaik mereka, Hujan dan Juni.
Kuharap,
tak ada terselip rasa yang bersembunyi saat aku menghantarkan kata demi kata
pada serangkaian kalimat ini…
Kuharap,
siapapun yang membaca tulisan ini mampu memaknai Rasa tentang Hujan dan Juni
lewat interpretasi sendiri..
Namun
untukmu yang sependapat dengan Rasaku, mari kita berdoa dan meleburkan diri
kedalam bahasa kalbu yang dibawa Hujan dibulan Juni ini…
Mari
menghidupkan rasa, apapun rasamu... leburkan lah.
Interpretasi Broken Vow
Diakah yang bersama,
bersemu dan terpejam saat mendengar candamu??
Siapa dia?? Aku ingin tahu, caranya memandangmu serta alasan-alasan
yang membuatmu pergi dan bertahan disampingnya. Aku ingin mengerti.. Bagian
mana yang tak kumengerti tentangmu??
Katakan apa yang ingin kudengar atau yang tak’kan pernah mau kudengar
darimu, penghancur kepercayaanku. Aku ingin mendengarnya.
Siapa dia… Yang berbaring manja disampingmu disetiap malam yang
kujalani dengan kesendirianku disini? Siapa dia??
Tahukah kau? Aku mengingat semua hal yang harusnya menjadikanku
milikmu, selalu seperti itu setiap waktu yang kuhabiskan sejak mengenalmu.
Selalu.
Aku kan melepasmu, membiarkanmu terbang tanpa harus bertanya kenapa… Sebab
telah kutemukan cara untuk menjaga yang lebih dari sekedar sumpah terlanggar.
Sebuah sumpah yang tercipta untuk dilanggar. Menuliskannya pun terasa
kejam, tapi kau malah melakukannya.
Katakan padaku kalimat mana yang ingin kau dengar namun tak pernah
terucap dariku… Katakan saja keinginanmu seperti keinginanku yang ingin
melihatmu menangis, menitikkan air mata yang bahkan tak pernah kau jatuhkan.
Pertahanan egomu, luar biasa.
Berikan kepadaku sentuhan-sentuhan yang kau janjikan untukku. Untuk
kumiliki. Berikan. Ayo berikan!
Atau kau memang telah menghilang entah kemana?? Menghilang bagai
ditelan bumi. Jika iya, kenapa kau malah membawa hatiku bersamamu.
Saat kututup mataku dan memimpikan tentang kau dan aku. Aku sadar,
bahwa ada banyak hal didunia ini selain kepahitan dan dusta.
Aku menutup mata (sekali lagi)
Tuhan. Kuharap ini hanya ilusi.
Karena kau tahu?? Aku bersedia mengorbankan jiwaku hanya untuk dapat
memelukmu sekali lagi. Dan tak sepertimu, aku tak akan membiarkan janji ini
berakhir.
Rasaku bukan sumpah yang
terlanggar. Tak tercipta untuk kulanggar..
Dan hey, mencintai bukan tentang bersedia
memenjarakan hati atau merelakan kau menginjak-injak rasaku seperti yang telah
kau lakukan.
Lebih dari itu, mencintai adalah saat kau
mempertahanankan rasamu untuk melepasnya perlahan, dan menemukan rasa baru yang
tak menggantikan rasa lama. Namun semakin hidup menjalar dan abadi.
Karena mencintai bukan tentang melupakan,
berpura-pura lupa dan berjalan seolah tak ada masa lalu……
My feel is not and never be Broken Vow….
Langganan:
Postingan (Atom)