Suara
hujan menggelitikku saat ini. Gemerisiknya saling berkejaran seolah ingin
didengarkan, entah apa yang ingin disampaikan hujan kepadaku. Yang kumengerti
hanya “dia” datang dengan angin yang menjadikannya dingin dan tajam.
Aku
sendiri lebih memilih merentang ingatan dan rasa agar lebur dan tak pergi
ketempat yang salah. Belakangan mereka sudah tak sejalan lagi, dan yang paling
mengusik adalah saat terkadang hatiku merasakan sesuatu maka pikiranku pun tak
mau repot membahasnya. Atau saat ketika pikiranku yang merentang banyak hal
malah hatiku yang enggan membuka pintu. Sungguh, aku rindu saat pikiran dan
hati ini berada dalam satu jalur lagi.
Rasanya
aku hanya ingin merasakan sensasi hujan dan angin yang menusuk ini. Mungkin
kepala dan sekujur tubuhku memang membutuhkan sensasinya. Ada belenggu yang
harus dihancurkan dalam diri ini, karena aku hanya merasa bahwa “aku tak hidup”
secara utuh beberapa waktu terakhir ini. Aku tak menulis apapun lagi, tak
mencoba resep baru lagi bahkan aku juga tak sempat menyapa pagi lewat doa dan
hormatku.
Kata maaf
pantas kuberikan untuk diriku sendiri. Aku terlalu dingin terhadap perasaan dan
alam bawah sadarku. Terlalu sombong hingga mematikan passion dijiwaku.
Akhrinya
aku tau apa yang coba disampaikan hujan yang bertemankan angin ini. Disinilah
aku, seseorang yang mendapat pesan dari hujan dan angin
Catatan kamar,
Maret ketika dibahasi Hujan J
Tidak ada komentar:
Posting Komentar